Beranda | Artikel
Ketika Allah Memberi Kesempatan Kedua: Masih Adakah Kesempatan Itu Untukku?
11 jam lalu

Ada pepatah yang mengatakan, “Kesempatan tidak datang dua kali.” Namun dalam pandangan Islam, kita belajar bahwa Allah tidak menutup pintu bagi mereka yang ingin memperbaiki diri. Kesempatan kedua bukanlah tentang mengulang masa lalu, tetapi tentang membuka lembaran baru dengan belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah berlalu.

Rahmat Allah: Ruang untuk kesempatan kedua

Dalam hidup, manusia tak luput dari salah dan dosa. Namun, kasih sayang Allah jauh melampaui kemurkaan-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

“Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Ayat ini adalah bukti bahwa kesempatan kedua selalu terbuka bagi mereka yang mau kembali. Selama napas masih berhembus, pintu tobat belum tertutup. Kesempatan kedua bukan untuk mengulang kesalahan, tetapi untuk menebus dan memperbaikinya.

Semua orang berhak atas kesempatan kedua

Islam mengajarkan keseimbangan antara kasih sayang dan tanggung jawab. Allah Maha Pengampun, namun juga Maha Adil. Kesempatan kedua bukan berarti pembenaran untuk mengulangi dosa, tetapi panggilan untuk berubah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ

“Tidak selayaknya seorang mukmin dipatuk ular dari lubang yang sama sebanyak dua kali.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, kesempatan kedua adalah ujian kejujuran niat. Apakah kita sungguh ingin memperbaiki diri, atau sekadar mencari alasan agar terhindar dari celaan manusia atas dosa dan kesalahannya?

Anakmu adalah kesempatan kedua bagimu

Terkadang, kesempatan kedua tidak datang pada diri kita, tetapi melalui generasi setelah kita. Anak adalah cermin masa depan dan panjang tangan dari usaha, pendidikan serta doa kita. Jika masa lalu kita penuh kekurangan, maka anak adalah ladang perbaikan. Melalui mereka, kita bisa menanamkan nilai yang dulu luput kita jalankan.

Anak bukan hanya amanah, tetapi juga anugerah untuk menebus hal-hal yang belum sempat kita benahi. Ia adalah kesempatan kedua yang hidup, yang bisa kita arahkan menuju kebaikan agar tidak mengulang kesalahan yang sama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ : إِلا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak saleh yang selalu mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim)

Dalam proses mendidik dan membesarkan anak-anak, kita bisa meraih tiga jariyah di atas sekaligus. Nafkah adalah sedekah terbaik yang kita berikan kepada mereka, pendidikan adalah ilmu jariyah yang kita tanamkan, dan doa dari anak yang saleh adalah buah dari nafkah halal serta pendidikan yang kita ajarkan.

Menjemput kesempatan kedua, bukti cinta Allah kepada hamba-Nya

Setiap manusia berhak mendapat kesempatan kedua, karena setiap hati berhak disembuhkan oleh harapan. Namun, jangan sia-siakan rahmat itu dengan menunda perubahan. Karena kesempatan kedua adalah bukti bahwa Allah masih mencintai kita, meski kita pernah jauh dari-Nya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

“Setiap anak Adam pasti (pernah) berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertobat.” (HR. Tirmidzi no. 2499)

Dalam riwayat yang lain,

اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ

“Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan tobat hamba-Nya, melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kesempatan kedua adalah taufik dari Allah. Gunakanlah ia bukan untuk mengulang kesalahan, tetapi untuk menulis kisah baru yang penuh dengan lembaran kebaikan.

Masih adakah pintu yang terbuka setelah kesempatan kedua?

Manusia adalah makhluk yang mudah tergelincir. Kita jatuh, terpuruk, dan menyesal. Namun, Allah tidak menilai kita dari berapa kali kita terjatuh, tetapi seberapa tulus kita bangkit dan kembali kepada-Nya. Selama hidup masih berlanjut dan napas masih terhembus, kesempatan itu tetap terbuka.

Islam bukan agama yang menutup pintu harapan. Islam adalah agama yang memeluk manusia ketika ia alpa, lalu mengajaknya tumbuh menjadi hamba yang lebih bertakwa. Selama hati masih mau menyesal, lisan masih mau beristigfar, berusaha untuk menjauhi dan tidak mengulanginya, maka Allah tidak akan menolak tobat hamba-Nya selama ia tidak berbuat syirik dan menyekutukan-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ

“Sesungguhnya Allah menerima tobat hamba-Nya selama nyawa (ruh)nya belum sampai di tenggorokan.” (HR. Tirmidzi no. 3537)

Selama kehidupan belum berakhir, selama mata masih bisa meneteskan air penyesalan, selama hati masih bisa berbisik lirih, “Ya Allah, ampuni Aku,” selama itu pula kesempatan terus ada.

Namun, satu hal yang perlu kita renungkan, kesempatan itu tidak selamanya datang dengan bentuk yang sama. Bisa jadi kali ini ia hadir dalam ujian, dalam kehilangan, dalam peringatan, atau bahkan dalam luka yang memaksa kita untuk sadar.

Sebelum ajal itu tiba, gunakan setiap napas untuk memperbaiki diri. Karena selama hidup masih ada, kesempatan tidak berhenti di angka dua, ia terus terbuka bagi hati yang tak lelah kembali kepada sang Pencipta.

Baca juga: Kesempatan Mengetuk Pintu Sang Raja

***

Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya

Artikel Muslim.or.id


Artikel asli: https://muslim.or.id/110260-ketika-allah-memberi-kesempatan-kedua.html